Pengertian Jurnalistik
Jurnalistik secara Harfiah, Jurnalistik(journalistikc) artinya kewartawanan atau hal-ihwal pemberitaan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan ata catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day) atau “catatan harian” (diary). Dalam bahasa Belanda journalistiek artinya penyiaran catatan harian.
Istilah jurnalistik erat kaitanya dengan istilah pers dan komunikasi massa. Jurnalistik adalah seperangkat atau alat media massa.
Jurnalistik adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan sehari-hari. Jadi jurnalistik bukanlah pers, bukan media massa. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, atau dalam berkala lainnnnya.
Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan jurnalistik, berikut definisi dari para aahli yang dirangkum oleh Kasman dalam bukunya bahwa jurnalistik adalah :
a. F.Fraser Bond dalam bukunya An Introduction to Jurnalism menyatakan: “Jurnalism ambraces all the forms in which and trough wich the news and moment on the news reach the public”. Jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati.
b. M. Djen Amar, jurnalistik adalah usaha memproduksi kata-kata dan gambar-gambar yang dihubungkan dengan proses transfer idea tau gagasan dengan bentuk suara, inilah cikal-bakal makna jurnalistik sederhana. Pengertian menurut Amar juga dijelaskan pada Sumadiria. Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya.
c. M. Ridwan, jurnalistik adalah suatu kepandaian praktis mengumpul, mengedit berita untuk pemberitaan dalam surat kabar, majalah, atau terbitan-terbitan berkala lainnya. Selain bersifat keterampilan praktis, jurnalistik merupakan seni.
d. Onong U. Effendi, jurnalistik adalah teknik mengelolah berita sejak dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskan kepada khalayak. Pada mulanya jurnaistik hanya mengelolah hal-hal yang sifatnya informative saja.
e. Adinegroho, jurnalistik adalah semacam kepandaian karang-mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. Sedangkan menurut Summanang, mengutarakan lebih singkat lagi, jurnalistik adalah segala sesuatu yang menyangkut kewartawanan.
f. Roland E. Wolseley dalam Understanding Magazines (1969:3), jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah dan disiarkan di stasiun siaran.
g. Astrid S. Susanto, jurnalistik adalah kegitan pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari.
h. Erik Hodgins (redaktur majalah time), jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini kesana dengan benar, seksama, dan cepat dalam rangka membela kebenaran dan keadilan.
i. Haris Sumadiria, pengertian secara teknis, jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya denga secepat-cepatnya.
Menurut Ensiklopesi Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada.
Tujuan Jurnalistik
Perkembangan jurnalisme di era modern mempunyai prasyarat yang semakin ketat. Berita yang disodorkan seharusnya mengandung kebenaran yang disertai dengan fakta yang akurat. Pemberitaan juga harus mengandung kebauran dan aktualitas. Dengan demikian media massa yang terlambat memberikan berita akan dianggap memberikan berita basi, yang akhirnya di tinggalkan oleh pembacanya. Hasrat masyarakat modern yang serba ingin cepat dan akurat membuat media massa terpontang-panting untuk memenuhi hasrat masyarakat tersebut.
Semakin beragamnya manusia dengan segala macam kesukaannya, maka semakin beragam pula berita yang ditawarkan. Dari berita perang hingga tempet pelesiran yang menarik, lengkap dengan menu makanan yang mengundang air liur.
Jika dunia terus berubah maka masyarakat akan semakin beragam kebutuhannya, serta teknologi semakin maju, apakah tujuan jurnalisme akan bergeser? Jurnalisme adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok orang yang berkaitan dengan tulis menulis dan diumumkan. Berikut adalah tujuan dan fungsi jurnalisme :
Jurnalisme berfungsi memberikan informasi kepada masyarakat, agar warga dapat mengatur diri sendiri. Media massa sangat membantu kita dengan cara menyuguhkan berita-berita yang terjadi di lingkungan, sehingga masyarakat dapat mengenali permasalahan di sekelilingnya yang mungkin saja terlewat dari keseharian atau tidak disadari. Dengan adanya pemberitaan tersebut kebenaran berita menjadi dasar dari tindakan-tindakan yang diambil oleh masayarakat.
Jurnalisme berfungsi untuk membangun masyarakat. Berita yang menyuarakan kondisi kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini mengalami kesulitan dan terlupakan dapat mendorong kelompok-kelompok masyarakat yang lain untuk membantu keluar dari permasalahan yang dialami. Dalam skala yang lebih besar dapat mendorong negara untuk membuat kebijakan yang pro rakyat.
Jurnalisme berfungsi untuk memenuhi hak-hak warga negara. Hak-hak ini bisa berarti mendapatkan informasi yang benar dan akurat. Media massa adalah alat yang efektif untuk menyuarakan hak rakyat. Baik melalui berita yang ditulis oleh wartawan, maupun melalui opini dan surat pembaca yang ditulis dalam media massa.
Terkait dengan fungsi jurnalisme untuk menyuarakan hak-hak warga, jurnalisme juga dapat dijadikan tolak ukur demokrasi sebuah masyarakat. Semakin demokratis sebuah masyarakat, maka semakin kuat pula posisi media massa. Begitu pula sebaliknya. Dalam masyarakat yang demokratis, masayarakat bebas menyuarakan pendapatnya dan menuntut hak-haknya melalui media massa. Hal ini tentu tak akan terjadi dalam masyarakat yang dipimpin oleh penguasa otoriter. Dalam masyarakat otoriter media massa hanya sekadar corong bagi kekuasaan.
9 Elemen Jurnalistik menurut Bill Kovach dan Tom Resenstiel 2001
4 Votes
Bill Kovach
tom rosenstiel 2001
9 elemen jurnalistik berdasarkan wawancara selama 3th di amerika
1. jurnalisme itu mengejar kebenaran ( truth )
kebenaran itu dibangun setiap hari,misal kecelakaan kereta,hari pertama mengabarkan berapa orang yg luka,dan korban meninggal lalu hari kedua ada info dari korban selamat atau polisi dan hari kedua itu berisi koreksi dari berita sebelum nya dan hari ketiga ada opini dan seterus nya.kebenaran itu dibangun secara perlahan,maka jadilah peristiwa itu dilihat secara utuh.
2. komitmen wartawan kpd masyarakat dan kepentingan publik
3.jurnalisme itu disiplin menjalankan verifikasi
selalu mengecek apa yg sudah di liput,tidak cepat puas,dll.jangan tertuju pada satu sumber untuk mencari info
disiplin verifikasi inilah yg membedakan dengan jurnalisme abal2 atau yg hanya mencari sensasi
4.independen terhadap sumber berita
5.harus menjadi pemantau kekuasaan
6.Menyediakan Forum bagi masyarakat
7.berusaha keras membuat hal penting menjadi menarik dan relevan ( nyambung )
8.menjaga agar berita proporsional ( sesuai dengan porsi nya / sesuai dgn kenyataan ) dan komprehensip
9.mengutamakan hati nurani
Gaya Laras
Minggu, 03 Januari 2016
Cerpen
Cerpen
/ cerita pendek (short story) adalah jenis karya sastra yang
memaparkan kisah atau cerita tentang manusia dan seluk beluknya lewat
tulisan pendek.
Unsur
(Intrinsik) dalam Cerpen
:
1.
Tema
Yaitu
gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi
sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa
pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama
sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk
rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita.
Tidak
mungkin sebuah cerita tidak mempunyai ide pokok. Yaitu sesuatu yang
hendak disampaikan pengarang kepada para pembacanya. Sesuatu itu
biasanya adalah masalah kehidupan, komentar pengarang mengenai
kehidupan atau pandangan hidup si pengarang dalam menempuh kehidupan
luas ini. Pengarang tidak dituntut menjelaskan temanya secara
gamblang dan final, tetapi ia bisa saja hanya menyampaikan sebuah
masalah kehidupan dan akhirnya terserah pembaca untuk menyikapi dan
menyelesaikannya.
Secara
tradisional, tema itu bisa dijelaskan dengan kalimat sederhana,
seperti: 1. Kejahatan pada akhirnya akan dikalahkan oleh kebaikan. 2.
Persahabatan sejati adalah setia dalam suka dan duka. 3. Cinta adalah
energi kehidupan, karena itu cinta dapat mengatasi segala kesulitan.
Dan lain sebagainya.
Cerpen
yang baik dan besar biasanya menyajikan berbagai persoalan yang
kompleks. Namun, selalu punya pusat tema, yaitu pokok masalah yang
mendominasi masalah lainnya dalam cerita itu. Misalnya cerpen “Salju
Kapas Putih” karya Satyagraha Hoerip. Cerpen ini melukiskan
pengalaman “aku” di negeri asing dengan baik sekali, tetapi
secara tajam cerpen ini menyorot masalah moral. Tokoh “aku” dapat
bertahan dari godaan berbuat serong karena pertimbangan moral.
2.
Alur atau Plot
Yaitu
rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek
tertentu. Banyak anggapan keliru mengenai plot. Sementara orang
menganggap plot adalah jalan cerita. Dalam pengertian umum, plot
adalah suatu permufakatan atau rancangan rahasia guna mencapai tujuan
tertentu. Rancangan tentang tujuan itu bukanlah plot, akan tetapi
semua aktivitas untuk mencapai yang diinginkan itulah plot.
Atau,
secara lebih gamblang plot adalah –menurut Aswendo Atmowiloto-
sebab-akibat yang membuat cerita berjalan dengan irama atau gaya
dalam menghadirkan ide dasar.
Semua
peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek harus berdasarkan hukum
sebab-akibat, sehingga plot jelas tidak mengacu pada jalan cerita,
tetapi menghubungkan semua peristiwa. Sehingga Jakob Sumardjo dalam
Seluk-beluk Cerita Pendek menjelaskan tentang plot dengan
mengatakan, “Contoh populer menerangkan arti plot adalah begini:
Raja mati. Itu disebut jalan cerita. Tetapi raja mati karena sakit
hati, adalah plot.”
Dalam
cerpen biasanya digunakan plot ketat artinya bila salah satu kejadian
ditiadakan jalan cerita menjadi terganggu dan bisa jadi, tak bisa
dipahami. Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis,
yaitu:
- Plot keras, jika akhir cerita meledak keras di luar dugaan pembaca. Contohnya: cerpen-cerpen Anton Chekov, pengarang Rusia legendaris, cerpen-cerpen Trisnoyuwono yang terkumpul dalam Laki-laki dan Mesiu, cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo dalam kumpulannya Kejantanan di Sumbing.
- Plot lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga seperti terus tergiang di telinga pembaca. Contoh, cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam, cerpen-cerpen Danarto dalam Godlob, dan hampir semua cerpen Guy de Maupassant, pengarang Perancis menggunakan plot berbisik.
- Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut adalah campuran plot keras dan lembut. Contoh: cerpen Krawang-Bekasi milik Gerson Poyk, cerpen Bulan Mati karya R. Siyaranamual, dan cerpen Putu Wijaya berjudul Topeng bisa dimasukkan di sini.
Adapun
jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot
tertutup dan cempuran keduanya. Jadi sifat plot ada kalanya:
- Terbuka. Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di samping masalah dasar persoalan.
- Tertutup. Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Contoh Godlobnya Danarto.
- Campuran keduanya.
3.
Penokohan
Yaitu
penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan
nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern,
berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya
menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang
didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa
dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
Pada
dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan
sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan
dengan berbagai cara, diantaranya melalui:
- Tindakan, ucapan dan pikirannya
- Tempat tokoh tersebut berada
- Benda-benda di sekitar tokoh
- Kesan tokoh lain terhadap dirinya
- Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang
4.
Latar atau Setting
Yaitu
segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu
cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema
dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan teman dan plot
untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas.
Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak
integral dengan tema dan plot. Cerpen saya, Bayi-bayi Tertawa
yang mengambil setting khas Palestina, dengan watak, budaya, emosi,
kondisi geografi yang sangat khas Palestina tentu akan menjadi lucu
jika settingnya dipindah di Ponorogo. Jelas bahwa setting akan sangat
menentukan watak dan karakter tokoh.
5.
Sudut Pandangan Tokoh
Diantara
elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek
adlaah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut
pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam
pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pangan ini sangat erat
dengan teknik bercerita.
Sudut
pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah:
- Sudut pandangan orang pertama. Lazim disebut point of view orang pertama. Pengarang menggunakan sudut pandang “aku” atau “saya”. Di sini yang harus diperhatikan adalah pengarang harus netral dengan “aku” dan “saya”nya.
- Sudut pandang orang ketiga, biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau “dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; “Aisha”, “Fahri”, dan “Nurul” misalnya.
- Sudut pandang campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohnya. Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan kejadian yang diceritakan. Dalam “Sekelumit Nyanyian Sunda” Nasjah Djamin sangat baik menggunakan teknik ini.
- Sudut pandangan yang berkuasa. Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini membuat cerita sangat informatif. Sudut pandanga ini lebih cocok untuk cerita-cerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang menggunakan teknik ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan berkuasa akan menjadikan cerpen terasa menggurui.
Struktur
isi Cerpen :
1.
Judul
2.
Pengenalan Tokoh
3.
Komplikasi (Penyebab Konflik)
4.
Konflik
5.
Penyelesaian
6.
Amanat
Ciri
ciri Cerpen
:
·
Bentuk tulisannya singkat, padat, dan lebih pendek daripada novel.
·
Terdiri kurang dari 10.000 kata.
·
Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik pengalaman sendiri
maupun orang lain.
·
Tidak melukiskan seluruh kehidupan pelakunya karena mengangkat
masalah tunggal atau sarinya saja.
·
Habis dibaca sekali duduk dan hanya mengisahkan sesuatu yang berarti
bagi pelakunya saja.
·
Tokoh-tokohnya dilukiskan mengalami konflik sampai pada
penyelesaiannya.
·
Penggunaan kata-katanya sangat ekonomis dan mudah dikenal
masyarakat.
·
Sanggup meninggalkan kesan mendalam dan
mampu meninggalkan efek pada perasaan pembaca.
·
Menceritrakan satu kejadian, dari terjadinya
perkembangan jiwa dan krisis,tetapi tidak
sampai menimbulkan perubahan nasib.
·
Beralur tunggal dan lurus.
·
Penokohannya sangat sederhana, singkat, dan
tidak mendalam.
Pengertian dan Contoh Mantra
Pengertian Mantra
Menurut
Sastrowardoyo (dalam Dian, 2009: 2) “Mantra merupakan bentuk
sastra lisan yang berkembang sangat subur di Riau”. JS Badudu
(dalam Dian, 2009: 9) “Mantra adalah kata-kata yang mengandung
kalimat dan kekuatan gaib atau magis dan hanya diucapkan oleh
orang-orang tertentu saja seperti dukun atau pawang”. Hasan (dalam
Saprianto, 2011:7) menyatakan “Mantra adalah hasil kesusastraan
lama berupa puisi yang tidak tentu jumlah barisnya dan
digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti untuk menyembuhkan
penyakit atau membut orang sakit, untuk menaklukkan binatang
buas dan lain-lain”.
Zakaria (dalam
Saprianto, 2011: 8) menjelaskan sebagi berikut:
Mantra adalah
ucapan-ucapan dukun atau pawang yang mengandung magis bahasa. Mantra
berisi tantangan dan terhadap suatu kekuatan gaib, tetapi dapat juga
berisi bujukan kepada kekuatan gaib agar tidak merusak manusia atau
alam. Mantra merupakan kalimat-kalimat yang biasanya bersajak ada
rima atau persamaan pertentangan bunyi.
Pendapat yang
serupa dikatakan secara ringkas oleh Laelasari dan Nurlaila (dalam
Susi, 2012:10) yaitu “Mantra adalah perkataan atau ucapan
yang dapat mendatangkan daya gaib (misalnya dapat menyembuhkan,
mendatangkan celaka, dan sebagainya)”. Menurut Ade (2012:3)
“Mantra merupakan bacaan atau doa-doa yang dapat memberikan
semacam tenaga atau kekuatan yang laur biasa dan diluar jangkauan
manusia”. Para ahli dalam bidang sastra memberikan pendapat
tentang pengertian mantra. Menurut pendapat Zakaria ( dalam
Susi, 2012 : 10 ) mengatakan :
Mantra adalah
ucapan – ucapan dukun atau pawang yang mengandung magis
bahasa. Mantra berisi tantangan dan terhadap suatu kekuatan gaib,
tetapi dapat juga berisi bujukan kepada kekuatan gaib
agar tidak merusak manusia atau alam. Mantra merupakan kalimat –
kalimat yang biasanya bersajak ada rima atau persamaan pertentangan
bunyi.
Menurut
Rizal,(2010:1) mengatakan “Mantra merupakan puisi tua,
keberadaannya dalam masyarakat melayu pada mulanya bukan
sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkatan dengan adat
dan kepercayaan”. Mantra merupakan sastra lisan adalah sastra yang
perkembangannya secara lisan atau dari mulut kemulut, Menurut Badudu
(dalam jalil dan Elimustian, 2001:6) mengangap bahwa “Mantra
sebagai permulaan bentuk puisi tradisional. Sebagai salah satu puisi
tradisional mantra dianggap memiliki karakteristik yang khas apabila
dibandingkan dengan jenis puisi tradisional lainnya”.
Depdiknas ( 2008
: 876 ) menjelaskan “ Mantra adalah perkataan atau ucapan yang
memiliki kekuatan gaib, misalnya dapat menyembuhkan, mendatangkan
celaka, dan sebagainya : upacara itu dimulai dengan pembacaan.
Gazalba (dalam Elda, 2011:4) bahwa “Mantra adalah salah satu
bentuk sastra lisan yang ada dan berkembang di indonesia. Mantra,
menurut para pakar dan pengamat kebudayaan, dianggap sebagai sastra
paling awal dikenal oleh manusia. Diindonesia, mantra sastra lisan
sudah ada dikenal ( berkembang ) semenjak manusia purba.
Adapun
kumpulan mantra sebagai berikut.
1. Mantra orang menyadap nira (bahan untuk gula aren/gula jawa)
Assalamu'alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
sumber
2. Mantra pengobat sakit perut
Gelang-gelang si gali-gali
malukut kepala padi
Air susu keruh asalmu jadi
aku sapa tidak berbunyi
3. Mantra berburu rusa
Sirih lontar pinang lontar
terletak diujung muara
Hantu buta jembalang buta
aku angkat jembalang rusa
4. Mantra untuk mengobati orang dari pengaruh makhluk halus.
Sihir lontar pinang lontar
terletak diujung bumi
Setan buta jembalang buta
aku sapa tidak berbunyi
5. Mantra agar anjing tidak menggonggong
kepada rimba sekampung,
Pulanglah engkau kepada rimba yang besar,
Pulanglah engkau kepada gunung guntung,
Pulanglah engkau kepada sungai yang tiada berhulu,
Pulanglah engkau kepada kolam yang tiada berorang,
Pulanglah engkau kepada mata air yang tiada kering,
Jikalau kau tiada mau kembali, matilah engkau.
6. Mantra Pengusir Babi
Batu berita batu berani
Ketiga batu belubang
Butak mata tanggal gigi
Babi itu tiada akan melawan
Nabi babi itu nabi Yusuf
Asal jadi dari bumi
Jihin yang menguatkannya jihin buhok
Yang berkuda padanya Saih Idris
7. Mantra Kuat Tenaga
Bismillahirrahmanirrohim
Hai besi bangunlah engkau si rajabesi
Yang bernama si ganda bisa
Engkau duduk di kepala jantungku
Bersandar di tiang arasy
Kuminta tinggalkan insanku
Kuminta rendah insan sekalian
Berkat aku memakai wujud kodrat sayyidina ali
Bujur lalu melintang patah
Lalu juga kehendak Allah
Berkat lailaha illallah
Muhammadarrasulullah
8. Mantra Pengeras Badan
Ya man, ya ras, ya Malik
Ya kuserahkan kepada kamu
9. Mantra penutup luka
Mantra ini dibaca untuk menutupluka, ataupun untuk mencegah berlanjutnya pendarahan pada luka.
Bismillahirrahmanirrahim
Poli terpoli
Besi meluka
Besi menangkal
Coba besi merusakkan
Engkau durhaka kepada Allah
Coba engkau membinasakan daging
Engkau durhaka kepada Allah
Tertutup terkunci
Tertanggal terpakai
Berkat doa la haula wala quwwata
Illa billahil aliyyil azhim
10. Mantra untuk merawat tulang yang patah.
Bismillahi Rahmanir Rahim
Jong sengkang kemudi sengkang
Tarik layar kembang sena
Urat yang kendur sudah kutegang
Urat yang putus sudah kusambung
Teguh Allah, tegang Muhammad
Sendi anggota baginda Ali
Tulang gajah, tulang mina
Ketiga dengan tulang angsa
Patah tulang berganti sendi
Badan jangan rusak binasa
Berkat sidi kepada guru
Sidi menjadi kepada aku
La ilaha illallah, Muhammadar Rasulullah
1. Mantra orang menyadap nira (bahan untuk gula aren/gula jawa)
Assalamu'alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
sumber
2. Mantra pengobat sakit perut
Gelang-gelang si gali-gali
malukut kepala padi
Air susu keruh asalmu jadi
aku sapa tidak berbunyi
3. Mantra berburu rusa
Sirih lontar pinang lontar
terletak diujung muara
Hantu buta jembalang buta
aku angkat jembalang rusa
4. Mantra untuk mengobati orang dari pengaruh makhluk halus.
Sihir lontar pinang lontar
terletak diujung bumi
Setan buta jembalang buta
aku sapa tidak berbunyi
5. Mantra agar anjing tidak menggonggong
kepada rimba sekampung,
Pulanglah engkau kepada rimba yang besar,
Pulanglah engkau kepada gunung guntung,
Pulanglah engkau kepada sungai yang tiada berhulu,
Pulanglah engkau kepada kolam yang tiada berorang,
Pulanglah engkau kepada mata air yang tiada kering,
Jikalau kau tiada mau kembali, matilah engkau.
6. Mantra Pengusir Babi
Batu berita batu berani
Ketiga batu belubang
Butak mata tanggal gigi
Babi itu tiada akan melawan
Nabi babi itu nabi Yusuf
Asal jadi dari bumi
Jihin yang menguatkannya jihin buhok
Yang berkuda padanya Saih Idris
7. Mantra Kuat Tenaga
Bismillahirrahmanirrohim
Hai besi bangunlah engkau si rajabesi
Yang bernama si ganda bisa
Engkau duduk di kepala jantungku
Bersandar di tiang arasy
Kuminta tinggalkan insanku
Kuminta rendah insan sekalian
Berkat aku memakai wujud kodrat sayyidina ali
Bujur lalu melintang patah
Lalu juga kehendak Allah
Berkat lailaha illallah
Muhammadarrasulullah
8. Mantra Pengeras Badan
Ya man, ya ras, ya Malik
Ya kuserahkan kepada kamu
9. Mantra penutup luka
Mantra ini dibaca untuk menutupluka, ataupun untuk mencegah berlanjutnya pendarahan pada luka.
Bismillahirrahmanirrahim
Poli terpoli
Besi meluka
Besi menangkal
Coba besi merusakkan
Engkau durhaka kepada Allah
Coba engkau membinasakan daging
Engkau durhaka kepada Allah
Tertutup terkunci
Tertanggal terpakai
Berkat doa la haula wala quwwata
Illa billahil aliyyil azhim
10. Mantra untuk merawat tulang yang patah.
Bismillahi Rahmanir Rahim
Jong sengkang kemudi sengkang
Tarik layar kembang sena
Urat yang kendur sudah kutegang
Urat yang putus sudah kusambung
Teguh Allah, tegang Muhammad
Sendi anggota baginda Ali
Tulang gajah, tulang mina
Ketiga dengan tulang angsa
Patah tulang berganti sendi
Badan jangan rusak binasa
Berkat sidi kepada guru
Sidi menjadi kepada aku
La ilaha illallah, Muhammadar Rasulullah
Pengertian Puisi dan Contoh Puisi
Pengertian puisi sendiri menurut Rahmat Joko Pradopo ialah ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan, ia mampu membangkitkan imajinasi panca indera dalam suasana yang berirama. Dalam pengertian puisi yang diungkapkan Pradopo di atas berarti puisi menjadi jembatan antara rasa yang dimiliki penulis dengan dunia luar melalui kata-kata. Beberapa kumpulan Puisi Pradopo saat menarik untuk dibaca.
Lebih sederhana lagi, pengertian puisi menurut Shelly ialah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita. Sedangkan pengertian puisi menurut Auden ialah bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-campur.
Berdasarkan pengertian puisi beberapa tokoh di atas dan ditambah dengan yang Samuel Taylor Coleridge kemukakan bahwa puisi itu adalah kata kata terindah dalam susunan yang indah, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa puisi adalah segala bentuk penuangan ide/gagasan yang didasari perasaan penulis puisi melalui kata-kata indah dengan susunan yang indah, yang tertuang secara bebas dan gamblang, berdasarkan pengalaman, penghayatan, cara pandang dan segala bentuk diluar unsur instrinsik puisi itu sendiri.
Di luar konsep pemikiran terikat tentang pengertian-pengertian tersebut, Puisi sebenarnya bisa diartikan sebebasnya, ternyata puisi kini sering kali digunakan sebagai kado hadiah. Puisi dengan kata-kata indah sering kali digunakan kaum remaja untuk merayu lawan jenisnya sehingga orang yang diberi puisi merasa tersanjung dan lebih diperhatikan.
Dalam puisi pun sering kali terdapat kata-kata mutiara, kata-kata bijak, bahkan kata-kata cinta yang sebenarnya terbentuk secara hampir tidak disengaja. Hampir tidak disengaja dikarenakan setiap penuangan ide seorang penulis, ia masuk dalam wilayah ego individualistis, di mana penulis atau penyair akan menulis, menulis, dan menulis tanpa melihat apa yang ia tulis, ia akan menuangkan segala bentuk perasaan dan pandangannya serta merta yang tentunya berdasarkan proses pengedapan yang dalam, lama, dan membumi, penuangan secara langsung tanpa berpikir apakah tulisannya akan menjadi bagus dan disukai oleh banyak orang atau tidak.
Terlepas puisi itu memiliki kata-kata mutiara, kata-kata bijak, atau pun kata-kata cinta, pada akhirnya kita akan kembalikan lagi puisi pada asalnya, yaitu puisi sebagai ungkapan jiwa atau perasaan. Karena penulisan puisi yang disengaja mencari-cari kata-kata mutiara, kata-kata bijak, dan kata-kata cinta dalam penulisannya justru sering kali luput dan lepas dari konsep kejujuran sebuah puisi. Ia akan menjadi sebuah puisi namun kehilangan keindahan dari puisi itu dan muncullah kesan memaksakan kata-kata yang menjadi kata-kata mutiara atau kata-kata bijak atau kata-kata cinta itu menjadi hambur dan sia-sia karena tidak memiliki makna yang mumpuni.
Puisi pada dasarnya adalah perwakilan dari perasaan penulis yang jujur dan tertuang dalam kata-kata yang penuh keindahan. Dan lagi-lagi ternyata keidahan itu tidak dapat dipaksakan, melainkan lahir dari hati.
Berikut contoh puisi :
JASA IBU
karya Sara Laras W
Ibu...
Kau mengandungku selama 9 bulan 10 hari.. Kau membawaku kemanapun engkau pergi..
Ibu....
Kau relakan tubuhmu kesakitan kala melahirkanku
Ibu...
Kau merawatku dari kecil hingga tumbuh dewasa
Ibu...
Maaf dari mu salalu ku terima saat aku membuat salah
Ibu...
Kaulah segalanya bagiku
Ibu...
Terima kasih atas apa yang telah engkau berikan padaku..
Kau mengandungku selama 9 bulan 10 hari.. Kau membawaku kemanapun engkau pergi..
Ibu....
Kau relakan tubuhmu kesakitan kala melahirkanku
Ibu...
Kau merawatku dari kecil hingga tumbuh dewasa
Ibu...
Maaf dari mu salalu ku terima saat aku membuat salah
Ibu...
Kaulah segalanya bagiku
Ibu...
Terima kasih atas apa yang telah engkau berikan padaku..
Ragam dan Laras Bahasa
Ragam
& Laras Bahasa
Ragam
Bahasa: variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa. Ragam
bahasa dibedakan berdasarkan media pengantarnya dan berdasarkan
situasi pemakaiannya.
-
Berdasarkan medianya: ragam lisan & tulis.
-
Berdasarkan situasi pemakaiannya :ragam formal, semi formal dan
nonformal
Ragam
Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian
bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan
bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di
kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku.
~
Definisi Laras Bahasa ~
Laras
bahasa bermaksud gaya dan penggunaan sesuatu bahasa digunakan/gaya
atau cara penggunaan sesuatu bahasa.
Laras
ialah bentuk bahasa yang wujud akibat situasi sosial berlainan
merujuk kepada cara penggunaan sesuatu bahasa dan variasi bahasa
mengikut bidang dan situasi seseorang penutur sewaktu berbahasa, sama
ada secara lisan atau tulisan.
kesesuaian
antara bahasa yang dipakai dengan fungsi pemakaian bahasa. Laras
bahasa tidak sama dengan ragam bahasa.
Penggunaan
laras bahasa yang berlainan ditentukan oleh dua faktor utama, iaitu:
~
Ciri - ciri Laras Bahasa ~
Penggunaan
laras bahasa yang berlainan ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu :
-
Ciri - Ciri keperihalan sesuatu peristiwa bahasa
-
Ciri - ciri linguistik
~
Format Laras ~
-
Laras yang mempunyai format tersendiri adalah seperti berikut :
-
Laras undang undang
-
Laras ucapan
-
Laras iklan
-
Laras laporan berita
Pada
saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai
laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Jadi, laras bahasa adalah
kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita
mengenal iklan, laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras feature,
laras komik, laras sastra, yang masih dapat dibagi atas laras cerpen,
laras puisi, laras novel, dan sebagainya. Setiap laras memiliki
cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Laras bahasa yang akan
kita bahas dalam kesempatan ini adalah laras ilmiah.
~
Laras llmiah ~
Dalam
uraian di atas dikatakan bahwa setiap laras dapat disampaikan dalam
ragam standar, semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak
demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu
menggunakan ragam standar.
Sebuah
karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan
hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi,
seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan
informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun
atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut
penulis (Soeseno, 1981: 1).
Dalam
uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta.
Seorang pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah
cerita, sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta
dalam sebuah tulisan. Realistis berarti bahwa peristiwa yang
diceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah
dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung dialami oleh
penulis. Data realistis dapat berasal dan dokumen, surat keterangan,
press release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan suatu
peristiwa faktual. Faktual berarti bahwa rangkaian peristiwa atau
percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan
dialami oleh penulis (Marahimin, 1994: 378).
Karya
ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun
demikian, dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan
utama. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang
komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan
hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil
penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil
yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menumbangkan sebuah
teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah
tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya.
Persyaratan
bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah
sebagai berikut (Brotowidjojo, 1988: 15-16).
1.
Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau
menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
2.
Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak
bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik
penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas.
3.
Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan
secara terkendali, konseptual, dan prosedural.
4.
Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan
alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
5.
Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan
pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
6.
Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah
hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing
pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh
memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka.
Penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.
7.
Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya
timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh
penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan
hukum alam yang diterapkan pada situasi spesifik itu dibiarkan
berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri
berupa pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.
Berdasarkan
uraian di atas, dari segi bahasa, dapat dikatakan bahwa karya ilmiah
memiliki tiga ciri, yaitu :
1.
harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna
2.
harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan
pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau
keraguan
3.
harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.
Disamping
persyaratan tersebut di atas, untuk dapat dipublikasikan sebagai
karya ilmiah ada ketentuan struktur atau format karangan yang kurang
lebih bersifat baku. Ketentuan itu merupakan kesepakatan sebagaimana
tertuang dalam International Standardization Organization (ISO).
Publikasi yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam ISO memberikan kesan bahwa publikasi itu kurang valid sebagai
terbitan ilmiah (Soehardjan, 1997 : 10). Struktur karya ilmiah
(Soehardjan, 1997 : 38) terdiri atas judul, nama penulis, abstrak,
pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan,
ucapan terima kasih dan daftar pustaka. ISO 5966 (1982) menetapkan
agar karya ilmiah terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, kata
kunci, pendahuluan, inti tulisan (teori metode, hasil, dan
pembahasan), simpulan, dan usulan, ucapan terima kasih, dan daftar
pustaka (Soehardjan, 1997 : 38).
Rabu, 11 November 2015
Ciri-ciri Sastra Lama
Ciri-ciri Sastra Lama
Sastra lama memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakannya dengan sastra baru. Ciri-ciri tersebut antara lain:
Tidak memiliki nama pengarang (anonim)
Semua sastra lama yang terdapat di Indonesia tidak ada nama pengarangnya. Siapa yang tahu pengarang ataupun pencipta legenda maling kundang? Siapa yang tahu pengarang legenda tangkuban perahu? Siapa yang tahu pengarang cerita si kadang kuya dan si kadang monyet? Bisa dipastikan tidak ada orang yang tahu siapa pengarangnya. Itulah salah satu ciri dari sastra lama.
Milik masyarakat
Karena sastra lama tidak ada pengarangnya, maka dongeng, legenda, fabel, serta semua jenis sastra lama menjadi milik masyarakat. Makanya kita sering mendengan istilah “legenda masyarakat sunda”, ataupun “legenda masyarakat padang”. Ini menunjukkan kalau karya-karya sastra lama tersebut milik masyarakat.
Istana sentris
Mayoritas sastra lama banyak berkisah tentang cerita-cerita di sekitar lingkungan kerajaan. Ini tidak mengherankan, karena pada masa lalu, banyak kerajaan yang berjaya di Indonesia.
Adat kepercayaan dan mistis
Sastra lama muncul berdasarkan adat kepercayann masyarakat pada masa lalu. Adat kepercayaan setiap suku dan daerah berbeda, oleh karena itu banyak timbul dongeng-dongeng maupun legenda (keduanya termasuk jenis sastra lama) yang berbeda di setiap daerah.
Disebarkan Secara lisan
seperti yang telah dijelaskan mengenai pengertian sastra lama, yaitu sastra yang berbentuk cerita lewat lisan. Maka penyebarannya pun lewat lisan melalui cerita-cerita yang disampaikan masyarakat secara turun temurun.
Itulah pengertian serta ciri-ciri sastra lama secara singkat. Banyak kehawatiran akan lenyapnya sastra lama seiring dengan hilangnya budaya bercerita di masyarakat kita, terutama di kalangan anak muda. Hal ini disebabkan banyak hal, mulai dari budaya menonton televisi yang sudah akut, hingga budaya bergadget yang sudah merasuk hingga kalangan anak kecil. Kalau terus seperti ini, bukan tidak mungkin generasi mendatang tidak akan mengetahui kisah-kisah serta legenda yang kita tahu sekarang.
Sastra lama memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakannya dengan sastra baru. Ciri-ciri tersebut antara lain:
Tidak memiliki nama pengarang (anonim)
Semua sastra lama yang terdapat di Indonesia tidak ada nama pengarangnya. Siapa yang tahu pengarang ataupun pencipta legenda maling kundang? Siapa yang tahu pengarang legenda tangkuban perahu? Siapa yang tahu pengarang cerita si kadang kuya dan si kadang monyet? Bisa dipastikan tidak ada orang yang tahu siapa pengarangnya. Itulah salah satu ciri dari sastra lama.
Milik masyarakat
Karena sastra lama tidak ada pengarangnya, maka dongeng, legenda, fabel, serta semua jenis sastra lama menjadi milik masyarakat. Makanya kita sering mendengan istilah “legenda masyarakat sunda”, ataupun “legenda masyarakat padang”. Ini menunjukkan kalau karya-karya sastra lama tersebut milik masyarakat.
Istana sentris
Mayoritas sastra lama banyak berkisah tentang cerita-cerita di sekitar lingkungan kerajaan. Ini tidak mengherankan, karena pada masa lalu, banyak kerajaan yang berjaya di Indonesia.
Adat kepercayaan dan mistis
Sastra lama muncul berdasarkan adat kepercayann masyarakat pada masa lalu. Adat kepercayaan setiap suku dan daerah berbeda, oleh karena itu banyak timbul dongeng-dongeng maupun legenda (keduanya termasuk jenis sastra lama) yang berbeda di setiap daerah.
Disebarkan Secara lisan
seperti yang telah dijelaskan mengenai pengertian sastra lama, yaitu sastra yang berbentuk cerita lewat lisan. Maka penyebarannya pun lewat lisan melalui cerita-cerita yang disampaikan masyarakat secara turun temurun.
Itulah pengertian serta ciri-ciri sastra lama secara singkat. Banyak kehawatiran akan lenyapnya sastra lama seiring dengan hilangnya budaya bercerita di masyarakat kita, terutama di kalangan anak muda. Hal ini disebabkan banyak hal, mulai dari budaya menonton televisi yang sudah akut, hingga budaya bergadget yang sudah merasuk hingga kalangan anak kecil. Kalau terus seperti ini, bukan tidak mungkin generasi mendatang tidak akan mengetahui kisah-kisah serta legenda yang kita tahu sekarang.
Langganan:
Postingan (Atom)